Dalam Mahabharata, Yudhistira adalah ksatria yang ganjil. Ia raja yang menganggap diri pendosa; karena begitu banyak manusia terbunuh dalam perang Barathayudha. Ia tahu posisi raja dan panggilan dharma selalu akan bertentangan. Ia memang tak mematuhi aturan kitab suci tentang manusia, kasta, dan perannya. Seperti dikatakannya kepada suara gaib di tepi danau itu, "orang tak menjadi bijaksana hanya dengan mempelajari kitab-kitab suci".
Kita berani mengabaikan pembelaan Tuhan atas rakyat kecil dan mendustai mereka berpuluh tahun. Kita bahkan sanggup menyalurkan bantuan makanan kepada rakyat sambil mencopetnya. Kita tega mengumumkan obsesi kekuasaan di depan rakyat yang sangat mengalami kesulitan hidup. Kita bisa dengan ringan menutup telinga bahwa bagi rakyat hanya tiga hal yang prinsip: hidup aman, sembako murah, bisa menyekolahkan anak.
Sosialisme ala Indonesia, kata Bung Karno, bukanlah seperti Uni Soviet atau RRC atau Yugoslavia atau Mesir, pokoknya bukan seperti siapa-siapa. Mendengar itu Nyoto yang tokoh PKI menyindir, kalau masalahnya sekadar bukan ini bukan itu, jangan-jangan memang bukan sosialisme sama sekali.
Seperti Kumbo Karno yang tak memberontak melawan Dasamuka, Bung Hatta tak berontak mengangkat senjata terhadap Bung Karno. Dan seperti Kumbo Karno, Bung Hatta pun memilih tapa tidur untuk memberi Bung Karno kesempatan merenung. Tapi di situ pula kelemahan gerakan moral: lawan politik kelewat enak dibiarkan dan ditinggal tidur. Ia bebas merajalela...
Language
Indonesian
Pages
178
Format
Paperback
Release
April 01, 2016
ISBN 13
9786028635441
Yudistira, Kumba Karna dan Bung Hatta: Refleksi Seputar Rakyat, Ideologi, Politik dan Negara
Dalam Mahabharata, Yudhistira adalah ksatria yang ganjil. Ia raja yang menganggap diri pendosa; karena begitu banyak manusia terbunuh dalam perang Barathayudha. Ia tahu posisi raja dan panggilan dharma selalu akan bertentangan. Ia memang tak mematuhi aturan kitab suci tentang manusia, kasta, dan perannya. Seperti dikatakannya kepada suara gaib di tepi danau itu, "orang tak menjadi bijaksana hanya dengan mempelajari kitab-kitab suci".
Kita berani mengabaikan pembelaan Tuhan atas rakyat kecil dan mendustai mereka berpuluh tahun. Kita bahkan sanggup menyalurkan bantuan makanan kepada rakyat sambil mencopetnya. Kita tega mengumumkan obsesi kekuasaan di depan rakyat yang sangat mengalami kesulitan hidup. Kita bisa dengan ringan menutup telinga bahwa bagi rakyat hanya tiga hal yang prinsip: hidup aman, sembako murah, bisa menyekolahkan anak.
Sosialisme ala Indonesia, kata Bung Karno, bukanlah seperti Uni Soviet atau RRC atau Yugoslavia atau Mesir, pokoknya bukan seperti siapa-siapa. Mendengar itu Nyoto yang tokoh PKI menyindir, kalau masalahnya sekadar bukan ini bukan itu, jangan-jangan memang bukan sosialisme sama sekali.
Seperti Kumbo Karno yang tak memberontak melawan Dasamuka, Bung Hatta tak berontak mengangkat senjata terhadap Bung Karno. Dan seperti Kumbo Karno, Bung Hatta pun memilih tapa tidur untuk memberi Bung Karno kesempatan merenung. Tapi di situ pula kelemahan gerakan moral: lawan politik kelewat enak dibiarkan dan ditinggal tidur. Ia bebas merajalela...