Muara, the Malay word for estuary, is a passage of fluidity and connection, where the river meets the open sea. Muara evokes a place where we find ourselves between the memory of land and the lure of the unknown deep. In these pages, writers engage in ideas and imaginings, interpreting the shifting shoreline of our realities. The ink we leave upon this topography are traces of ourselves, inscribing the moment in the ebb and flow of existence.
Muara ialah cerminan kepada kecairan dan keterhubungan, tempat pertemuan antara "laut dan sungai" dengan segala dunianya yang berbeza. Dalam lembar Muara, kami mencuba untuk mempertemukan diri dalam ingatan dan kedalaman yang tak berdasar. Semua itu terakam dalam fikiran dan baris ayat yang memaknai keberadaan dan kemanusiaan kita bersama.
Muara, the Malay word for estuary, is a passage of fluidity and connection, where the river meets the open sea. Muara evokes a place where we find ourselves between the memory of land and the lure of the unknown deep. In these pages, writers engage in ideas and imaginings, interpreting the shifting shoreline of our realities. The ink we leave upon this topography are traces of ourselves, inscribing the moment in the ebb and flow of existence.
Muara ialah cerminan kepada kecairan dan keterhubungan, tempat pertemuan antara "laut dan sungai" dengan segala dunianya yang berbeza. Dalam lembar Muara, kami mencuba untuk mempertemukan diri dalam ingatan dan kedalaman yang tak berdasar. Semua itu terakam dalam fikiran dan baris ayat yang memaknai keberadaan dan kemanusiaan kita bersama.